Indonesia dan Trend obat Herbal
Indonesia dan Trend obat Herbal
Trend penggunaan obat herbal untuk
menjaga kesehatan, saat ini semakin marak. Banyak masyarakat yang memilih
terapi herbal, dengan alasan bebas dari bahan-bahan kimiawi dan minim efek
samping. Tidak mengherankan, jika sekarang klinik pengobatan herbal, toko-toko
obat herbal, bahkan dokter yang menyebutkan dirinya dokter herbal mulai
bermunculan. Persaingan bisnis obat herbalpun semakin
tinggi.
tinggi.
Saat ini hampir 25% pasar farmasi Indonesia dikuasai oleh
obat-obatan herbal. Perkembangannya yang cepat memberikan kesimpulan bahwa
konsumen mulai berpikir kembali ke alam.
Banyak alasan mengapa obat dengan
bahan alam ini kembali dilirik, salah satunya adalah perubahan lingkungan
hidup, perilaku manusia dan perkembangan pola penyakit. Pada kenyataannya,
setiap negara mempunyai anggaran biaya yang bisa digunakan untuk membantu
pengobatan bagi para penduduk, dengan metode pengobatan konvensional, akan
tetapi ada juga penyakit-penyakit yang dalam terapinya juga membutuhkan
tambahan terapi lainnya sebagai pendamping, salah satunya dengan obat herbal
tersebut.
Pengembangan obat herbal yang
semakin menjamur, tentu sangat menguntungkan Indonesia, sebagai salah satu
negara dengan banyak sumber daya alam. Terlebih lagi, Indonesia dikenal
memiliki warisan budaya pengobatan tradisional, yang telah dimulaiÂ
berabad-abad tahun lalu. Jamu misalnya, penduduk mancanegara hampir semua
menyebutkan bahwa obat tradisional ini adalah obat tradisional khas Indonesia.
Obat Herbal merambah negara maju. WHO merekam sekitar 65% konsumen
obat di Negara maju, mulai mencoba produk herbal (Dirjen Binfar DEPKES)
Setelah Brazil, Indonesia memang
menduduki posisi kedua, sebagai negara dengan banyak keanekaragaman hayati.
Indonesia memiliki sekitar 25.000 hingga 30.000 spesies tanaman yang merupakan
80 persen dari jenis tanaman di dunia dan 90 persen dari jenis tanaman di Asia.
Dukungan Pemerintah, Kesempatan
Swasta
Sayangnya, dari sekian banyak tanaman di Indonesia, baru sekitar
200-300 tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai tumbuhan untuk pengobatan. Dalam
hal ini kendala anggaran tetap menjadi alasan nomor satu. Memang, untuk
mengembangkan obat herbal tidaklah murah, dibutuhkan riset dan penelitian yang
panjang dan biasanya memerlukan biaya yang besar. Selain itu pula konsentrasi
pemerintah saat ini masih kepada produk konvensional, dan juga bukan merupakan
pengembangan obat baru, melainkan hanya pengembangan produk bersifat me too. Ini jelas memprihatinkan
bagi kalangan kesehatan, karena status Indonesia adalah sebagai salah satu
negara dengan sumber kekayaan hayati terbesar didunia.
Salah satu cara agar obat herbal berkembang sesuai dengan
standart mutu yang ada adalah dengan mengundang peranan swasta. Peralihan fokus
produksi industri obat swasta dari pola konvensional ke herbal bisa menjadi
pemacu agar obat tradisional bisa berkembang dengan pesat. Pemerintah boleh
saja melakukan push (dorongan) kepada pihak swasta agar
gencar melakukan penelitian untuk mengembangkan obat herbal di Indonesia ke
arah fitofarmaka. Akan tetapi selain dorongan pemerintah juga perlu
mempertimbangkan bentuk-bentuk insentif yang layak bagi pihak swasta yang
berhasil mengembangkan produk tersebut hingga ke taraf fitofarmaka.
FITOFARMAKA
Adalah obat tradisional dari bahan alam yang
dapat disetarakan dengan obat modern, karena proses pembuatannya yang
terstandart ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia
dengan kriteria memenuhi standart ilmiah, protokol uji yang telah disetujui,
pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika, dan tempat pelaksanaan uji
yang memenuhi syarat
walaupun belum banyak industri
swasta di Indonesia yang mau beralih pada pengembangan obat herbal, namun beberapa
perusahaan yang mencoba peruntungan di herbal mulai memperlihatkan hasil yang
memuaskan. Sebut saja, SOHO, perusahaan ini benar-benar terlihat sangat sukses
ketika mencoba menggeluti obat herbal dan fitofarmaka, disamping tetap
menjalankan bisnis obat kimia.
Untuk membangun industri obat herbal yang kuat sekaligus
mengembangkan potensi yang ada, dibutuhkan koordinasi yang kuat dengan banyak
pihak. Pendekatan-pendekatan pun perlu dilakukan secara sistematis dan
menyeluruh. Mulai dari pendekatan dalam hal science, industri, hingga
pada pendekatan pendidikan dan pendekatan dagang. (BPPT)
Edukasi Pasien dan Tenaga
Kesehatan
Jika pada resep pengobatan
konvensional, pasien diperbolehkan untuk memilih antara obat generik atau obat
paten, hal yang sama juga bisa dilakukan di obat tradisional. Ini dimaksud agar
pasien bisa diberikan pilihan, apakah ingin menggunakan obat kimia ataukah
herbal, terapi medis atau non medis. Dengan adanya kesempatan memilih ini,
pasien akan lebih selektif dan mencari informasi lebih banyak tentang manfaat
obat herbal, selain itu pula hal ini bisa mengembangkan wawasan dan menambah
ilmu bagi para dokter-dokter di Indonesia.
Hal yang penting untuk disadari
adalah tidak ada obat yang benar-benar sempurna, oleh karena itu seluruh pasien
layak untuk mendapatkan informasi yang cukup dari semua profesi kesehatan. Saat
ini, banyak tenaga kesehatan yang ada, termasuk dokter ataupun apoteker, minim
pengetahuannya tentang obat herbal, padahal jumlah obat herbal yang beredar di
pasaran sudah sangat banyak. Hal ini harus segera dibenahi, tenaga kesehatan
professional sebaiknya juga memperbaharui keilmuannya dengan pengetahuan
obat-obat berbahan alam. Karena, seperti diyakini banyak pihak, arah tren
pengobatan global menuju ke pengobatan  berbahan alami.
Jika tenaga kesehatan professional
telah memiliki bekal pengetahuan yang memadai, maka mereka semua akan siap
melakukan edukasi kepada masyarakat, tentang bagaimana obat tradisional
tersebut dapat digunakan. Hal ini bisa mencegah masyakat salah pilih obat, atau
justru tergiur oleh obat yang diiklankan secara berlebihan.
Walaupun
posisi China dalam hal keragaman hayatinya masih satu peringkat di bawah
Indonesia, namun China unggul dalam hal pengembangan dan pemasaran. Uji klinis
obat herbal masih jarang dilakukan di Indonesia dibanding di China. Disamping
butuh biaya, juga membutuhkan waktu yang panjang. Walaupun begitu, sebenarnya
dalam pengujian obat herbal, bisa juga dilakukan uji manfaat terhadap beberapa
orang yang mengkonsumsi obat tersebut.
Hanya saja yang membedakan
perkembangan obat herbal di China dan Indonesia adalah tingkat kepercayaan
masyarakatnya. Masyarakat di Indonesia, walaupun saat ini sudah mulai membuka
mata pada pengobatan alami, namun sebagian besar masih memilih untuk
menggunakan pengobatan kimiawi. Sedangkan di China, kepercayaan masyarakat pada
metode pengobatan alami sangat tinggi sejak dahulu kala, oleh karena itu
klinik-klinik atas nama sinshe menjamur di mana-mana.
PERLU DIPERHATIKAN
Ketika anda memilih metode pengobatan herbal dengan tujuan
menghindari efek samping yang perlu diperhatikan adalah, bukan berarti obat
herbal 100% bebas efek samping karena penggunaan yang berlebihan dapat
menggangu kesehatan anda. Penggunaan obat herbal perlu dibatasi, jangan sampai
berlebihan. Oleh karena itu, anda harus bijak dalam memilih klinik, membeli
atau mengkonsumsi obat herbal yang banyak di pasaran. (vit,
dsb)
0 komentar :
Posting Komentar